Lapangan Kridosono, Kabupaten Blora, Senin (23/6/2025), menjadi saksi bisu suara hati para pejuang jalanan. Sekitar 400 truk berbagai ukuran berjejer rapi, memenuhi lapangan dengan tubuh dan kepala truk yang dipenuhi poster-poster penuh tuntutan. Sopir-sopir yang biasanya bergelut dengan debu jalan raya, hari ini bersatu, mengangkat suara menuntut keadilan atas kebijakan Over Dimension and Over Load (ODOL) yang dinilai menyesakkan hidup mereka.
Aksi yang dipimpin Ahmad Sueb ini bukan sekadar protes, tetapi jeritan nurani. Dengan berdiri di atas truk terbuka, Sueb menggugah kesadaran semua pihak tentang beratnya beban yang dipikul para sopir. “Kami di sini tidak bermaksud melawan hukum, tapi menuntut keadilan yang manusiawi. Aturan ODOL ini, denda hingga 24 juta rupiah, ancaman pidana satu tahun untuk over dimension, dua bulan untuk overload, itu menyiksa kami para pencari nafkah,” serunya, menggema di antara deretan truk.
Lebih dari sekadar soal muatan dan dimensi, para sopir menuntut kebijakan yang berpihak dan memberi ruang hidup bagi rakyat kecil. Sueb menegaskan bahwa mereka berharap pemerintah tidak hanya membuat aturan, tapi juga hadir mendengar dan mendampingi. Sosialisasi yang menyeluruh, pemahaman yang membumi, dan aturan yang adil menjadi harapan besar di tengah himpitan ekonomi.
Aksi yang berlangsung damai ini juga menjadi wadah menyuarakan keresahan atas maraknya pungutan liar dan premanisme di jalanan yang selama ini menjadi beban tambahan para sopir. Para sopir truk menuntut adanya perlindungan hukum, kesetaraan perlakuan dalam penegakan hukum, hingga penerapan tarif angkutan yang layak agar mereka dapat bekerja dengan tenang.
Ahmad Sueb menutup orasinya dengan seruan penuh tekad. “Ini baru awal. Kalau suara kami tidak didengar, kami siap hadir dengan massa yang lebih besar. Kami ingin pemerintah benar-benar turun tangan, bukan hanya menegakkan aturan tapi juga menghadirkan keadilan bagi kami semua.”
Di bawah langit Blora yang mendung, suara mesin truk yang diam dan spanduk penuh pesan menjadi saksi: sopir-sopir ini bukan hanya pengemudi, mereka adalah tulang punggung keluarga yang hari ini berteriak menuntut kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil. Dari Kridosono, mereka mengirim pesan: jangan biarkan kami berjalan sendirian di tengah beban hidup yang kian berat.