Minggu (13 Juli 2025) sebuah semangat baru tengah menyala dalam tubuh organisasi pelajar Nahdlatul Ulama. Melalui gerakan bertajuk IPNU-IPPNU Kembali ke Ranah Sekolah, Pimpinan Cabang IPNU Blora periode 2024–2026 memulai langkah besar dari titik yang paling mendasar: komisariat. Sebuah ruang kaderisasi yang selama ini terlupakan, kini kembali menjadi pusat perhatian dan pembenahan.
Gerakan ini bukan sekadar program, melainkan panggilan nurani untuk kembali menyentuh akar organisasi. Di sekolah dan madrasah itulah pelajar NU pertama kali mengenal ideologi Ahlussunnah wal Jama’ah, belajar berorganisasi, mengasah kepemimpinan, dan membangun karakter. Namun dalam kenyataannya, banyak komisariat di sekolah hanya menjadi pelengkap administrasi. Hidup di atas kertas, tapi mati dalam ruh perjuangan.
Menyadari kondisi ini, bidang kaderisasi IPNU Blora hadir dengan kesadaran penuh bahwa komisariat bukan sekadar struktur, melainkan ruang hidup kaderisasi. Di sinilah kader sejati lahir dan tumbuh. Dari ruangan kelas yang sederhana, dari lorong sekolah yang penuh canda, dan dari dinamika pelajar yang penuh semangat, tumbuhlah pemimpin-pemimpin masa depan NU yang tangguh dan berkarakter.
Gerakan ini mengajak seluruh pengurus IPNU dan IPPNU, terutama di tingkat Pimpinan Anak Cabang se-Kabupaten Blora, untuk kembali menjejakkan kaki di dunia pelajar. Menyapa sekolah-sekolah, membangun kehadiran yang bermakna, dan menyalakan kembali gairah berorganisasi di tengah pelajar. Tujuannya bukan hanya membentuk komisariat secara kuantitas, tetapi memperkuat kualitasnya sebagai ruang pengkaderan yang aktif, kontekstual, dan membumi.
Komisariat yang hidup adalah komisariat yang mampu membentuk karakter pelajar. Di sana, kader belajar memimpin rapat, menyusun program kerja, menyelesaikan konflik, menyalurkan gagasan, dan menjalin sinergi. Komisariat bukan tempat pelarian, melainkan ruang perjuangan. Maka kehilangan komisariat sama artinya dengan kehilangan akar. Dan akar yang hilang, akan membuat pohon kehilangan kehidupan.
Dalam gerakan ini, PC IPNU Blora melalui bidang kaderisasi juga membentuk tim khusus yang akan mendampingi proses kaderisasi di sekolah-sekolah, baik negeri maupun swasta. Setiap sekolah dipandang sebagai lahan subur yang penuh potensi. Mereka tidak hanya mendampingi saat pelaksanaan Makesta, tetapi hadir secara berkelanjutan untuk membina, membimbing, dan menjaga semangat juang para pelajar.
Sinergi dengan OSIS, guru pembina, dan pihak sekolah menjadi langkah strategis yang turut dibangun. IPNU dan IPPNU tidak hadir sebagai saingan organisasi lain, tapi sebagai mitra pembinaan karakter. Bersama-sama mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara spiritual dan sosial.
Wakil Ketua Bidang Kaderisasi PC IPNU Blora, Muzaka, menyampaikan bahwa gerakan ini adalah bentuk ikhtiar untuk mengembalikan IPNU dan IPPNU kepada ruh pelajarnya. Organisasi ini lahir dari pelajar, maka ia harus hidup di tengah pelajar. Jika IPNU dan IPPNU menjauh dari sekolah, maka kita sedang menjauh dari rumah kelahiran kita sendiri.
Menurutnya, membangun Nahdlatul Ulama masa depan bukan dimulai dari gedung megah atau forum besar, tetapi dari ruang-ruang kecil yang sarat makna. Dari sekolah, dari madrasah, dari ruang kelas tempat pelajar mengenal organisasi, menemukan jati diri, dan mulai bermimpi tentang masa depan.
Kini langkah kaki itu telah kembali. Sekolah-sekolah mulai disapa dengan semangat baru. Komisariat yang lama mati, mulai dihidupkan kembali. Dan komisariat yang belum lahir, mulai dirintis dengan penuh cinta. IPNU dan IPPNU Blora mengajak semua pihak untuk tidak sekadar berorganisasi, tetapi benar-benar bergerak sebagai gerakan pelajar yang berpikir, bergerak, dan berkontribusi.
Dari Blora, gerakan ini menyebar membawa harapan. Harapan akan lahirnya generasi Nahdlatul Ulama yang kokoh akar ideologinya, kuat semangat perjuangannya, dan luhur cita-citanya. Karena sejatinya, masa depan NU tidak dibangun di puncak, tetapi disemai dari akar. Dan akar itu bernama komisariat.