Perkemahan di lapangan Kedung Brungun, Desa Gadu, terasa berbeda pada Rabu–Kamis (13–14 Agustus 2025). Di bawah langit Sambong yang penuh bintang, nyala api unggun memantulkan wajah-wajah penuh semangat dari ratusan anak Pramuka.para peserta didik dari empat SD di Sambongrejo—SDN 1, SDN 2, SDN 3, dan SDN 4 Mereka bukan sekadar peserta kemah, tetapi pejuang kecil yang sedang belajar arti kebersamaan, ditemani kakak-kakak mahasiswa KKN IAI Khozinatul Ulum Blora yang tak lelah berbagi tenaga dan inspirasi.
Kemah peringatan Hari Pramuka ke-64 ini mengusung tema “Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa”. Tema itu terasa hidup di setiap langkah kegiatan: dari lomba keberhasilan tenda, pionering, tali-temali, PBB, penjelajahan pos-pos penuh tantangan, hingga malam puncak api unggun dan pentas seni yang mengikat persaudaraan. Peserta datang dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, hingga SMA/SMK/MA se-Kecamatan Sambong—mewakili golongan Siaga, Penggalang, hingga Penegak.
Pada upacara pembukaan, Ketua Kwarran Sambong, Kak Kusnoko, menyampaikan amanat yang membekas di hati banyak orang.”Bangsa yang kuat dibangun oleh tangan-tangan yang bersatu. Seperti sapu lidi, jika hanya satu batang mudah dipatahkan, tetapi jika kita satukan, ia akan menjadi kuat dan bermanfaat,” ucapnya.
Ia bahkan membagikan kisah sederhana tentang anak kecil yang merawat burung terluka hingga bisa terbang kembali. “Begitu pula bangsa ini jika setiap kita peduli dan bekerja sama, Indonesia akan terbang tinggi,” tegasnya.
Bagi para guru dan peserta didik SDN 1 Sambongrejo, keberadaan mahasiswa KKN menjadi warna tersendiri. Kepala sekolah, Ibu Lilik Nuraini, mengaku terharu melihat bagaimana mereka terjun langsung, bukan hanya mendampingi lomba tetapi juga mempersiapkan segalanya sejak awal.
“Saya melihat sendiri bagaimana kakak-kakak KKN mendirikan tenda, menyiapkan perlengkapan, membimbing, dan memotivasi anak-anak. Semangat dan kepedulian mereka adalah teladan nyata bahwa gotong royong adalah kekuatan kita,” ujarnya dengan senyum hangat.
Hal senada disampaikan Yusron Ridho, Departemen Pendidikan KKN Desa Sambongrejo, yang menganggap kemah ini sebagai pengalaman berharga.
“Bagi kami, ini bukan sekadar kegiatan dua hari. Kami belajar keberanian, kerja sama, dan pantang menyerah dari adik-adik Pramuka. Melihat mereka berjuang dan tertawa bersama membuat kami yakin bahwa masa depan bangsa ini ada di tangan yang tepat,” katanya penuh rasa syukur.
Malam terakhir menjadi puncak keharuan. Api unggun menyala tinggi, menghangatkan tubuh yang lelah namun hati yang penuh sukacita. Lagu-lagu pramuka terdengar, menggema di udara malam, berpadu dengan tawa, sorakan, dan kadang, air mata bangga.
Saat tenda-tenda akhirnya dibongkar dan lapangan kembali lengang, yang tertinggal bukan hanya jejak kaki di tanah, tetapi juga jejak persaudaraan di hati. Api unggun boleh padam, namun nyalanya telah berpindah menjadi semangat yang akan terus membara di jiwa setiap Pramuka dan mahasiswa KKN yang pernah menginjakkan kaki di Bumi Samin ini.