Malam itu, kantor Kepala Desa Gedebeg tampak berbeda. Selepas salat Isya, cahaya lampu temaram berpadu dengan semangat belasan anak muda yang duduk melingkar, membuka laptop, ponsel, dan catatan kecil mereka. Suasana sederhana itu justru terasa hangat, karena di baliknya tersimpan mimpi besar: menjadikan digital marketing sebagai pintu kemandirian ekonomi pemuda desa.
Kegiatan bertajuk Rencana Tindak Lanjut (RTL) Digital Marketing ini merupakan kelanjutan dari pelatihan yang digelar pada 22–23 Agustus 2025 oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Blora bekerja sama dengan BAZNAS. Jika pelatihan sebelumnya menjadi ruang belajar, maka RTL kali ini menjadi medan uji: apakah ilmu itu hanya berakhir di buku catatan, atau benar-benar tumbuh menjadi keterampilan nyata.
Sebanyak 17 pemuda Gedebeg bersama mahasiswa KKN STAIM Muhammadiyah Blora hadir dengan wajah penuh antusias. Mereka tidak hanya kembali membahas teori yang telah dipelajari, tetapi juga langsung mencoba membuka toko online, menata etalase digital, hingga menguji strategi penjualan produk melalui akun Shopee yang sudah mereka buat.
“Pelatihan kemarin adalah pintu awal. RTL ini ibarat peta jalan. Kami ingin peserta tidak berhenti pada belajar, tapi benar-benar bisa mengelola toko online, bahkan mengembangkan jaringan affiliate yang berpeluang jadi sumber penghasilan sehari-hari,” ungkap salah satu fasilitator dengan nada penuh optimisme.
Semangat itu terasa menular. Diskusi berjalan akrab, gelak tawa sesekali terdengar, namun fokus peserta tetap terjaga. Para pemuda terlihat begitu bersemangat saat mencoba simulasi penjualan—seakan bayangan masa depan ekonomi digital desa mulai tampak di hadapan mereka.
RTL ini bukan sekadar kegiatan tindak lanjut. Ia adalah simbol bahwa pemuda desa kini punya arah baru: bukan hanya aktif di panggung sosial, tetapi juga mampu bersaing di ranah digital. Dari layar gawai mereka, pintu menuju dunia yang lebih luas terbuka—membawa potensi Gedebeg untuk dikenal di luar batas desa.
Malam itu, Gedebeg tidak sekadar menyusun rencana. Ia menyalakan api kecil yang suatu hari bisa menyala besar: api kemandirian, api kebangkitan ekonomi desa melalui teknologi.
“Harapan kami sederhana,” ucap salah seorang peserta. “Kami ingin ilmu ini benar-benar bisa membantu, agar anak muda Gedebeg tidak hanya jadi penonton di era digital, tapi juga pelaku yang tangguh.”
Dan begitulah, dari sebuah kantor desa di pelosok Blora, lahir semangat baru yang mungkin akan jadi cerita panjang di masa depan. Cerita tentang pemuda desa yang berani melangkah, memanfaatkan teknologi, dan menjadikan digital marketing bukan hanya tren, melainkan jalan menuju masa depan yang lebih cerah.