Berita Terkini

Dari Pekarangan Menuju Kemandirian: Kiprah KKN UNNES Bersama Ibu-Ibu RT 03 Sonokidul

Minggu pagi di Dukuh Sonokidul tak seperti biasanya. Musik ceria menggema, tawa ibu-ibu RT 03 pecah di sela-sela gerakan senam yang energik. Bukan sekadar olahraga biasa, pagi itu menjadi saksi awal gerakan kecil yang berdampak besar: menanam harapan di pekarangan rumah sendiri.

Di tengah semangat kebersamaan dan peluh yang bercucuran usai senam bersama, para ibu berbondong-bondong membawa bibit sayur menuju pekarangan masing-masing. Ada yang menanam kangkung, ada yang menyiapkan tanah untuk bayam, dan ada pula yang sibuk merawat cabai kecil yang baru ditancapkan. Semua berlangsung dalam suasana guyub penuh harapan.

Inisiatif mulia ini lahir dari program KKN mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang bertugas di Desa Sonokidul. Mereka menamakan gerakan ini “Perempuan Agen Pancasila: Penguatan Ketahanan Pangan Keluarga.” Sebuah tajuk sederhana namun penuh makna—bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tangan perempuan, dari halaman rumah yang mungil, dari bibit kecil yang kelak tumbuh memberi kehidupan.

Koordinator Mahasiswa Desa, dalam sambutannya, menegaskan semangat dibalik kegiatan ini. “Tujuannya sederhana: kita sehatkan raga dengan senam, dan kita kuatkan pangan keluarga dengan menanam,” katanya lantang di hadapan warga dan perangkat desa. “Kami percaya, ibu-ibu adalah agen utama dalam mewujudkan kemandirian pangan dari rumah.”

Tak berhenti pada seremonial, bibit sayuran pun diserahkan langsung kepada para tokoh masyarakat—Bu Lurah, Pak Bayan, dan Ketua RT. Mereka lalu ikut menanam bersama warga, menjadikan momentum ini bukan hanya simbolik, tapi juga ajakan nyata untuk bergerak bersama.

Suyisna, Bayan Sonokidul yang akrab disapa Pak Yis, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya. “Acara dari adik-adik KKN ini sangat baik untuk penguatan pangan. Ini menggerakkan ibu-ibu menanam tanaman hortikultura di pekarangan rumah. Semoga bisa membantu memenuhi kebutuhan harian,” ujarnya dengan wajah penuh harap.

Ketua RT 03, Heri, pun tak kuasa menahan rasa bangganya. Hampir seluruh warganya terlibat aktif dalam kegiatan ini. “Antusiasmenya luar biasa. Kegiatan seperti ini semoga bisa diperbanyak di RT lain,” katanya.

Di sisi lain, tiga ibu yang mengikuti kegiatan ini kompak memberikan tanggapan penuh suka cita. Lestari, Srikarti, dan Lundari sepakat menyebut kegiatan ini sebagai pengalaman yang “Seru!”, “Menyenangkan!”, dan “Gembira!”—jawaban yang spontan namun tulus, mewakili suara hati para ibu yang merasakan langsung manfaat dari kebersamaan dan aksi nyata tersebut.

Ibu Dwi, yang biasanya sibuk di sawah, turut bersyukur bisa mengisi waktu libur dengan sesuatu yang bermanfaat. “Alhamdulillah, setelah senam jadi lebih segar. Biasanya ke sawah terus, ini mumpung libur bisa olahraga dan ikut tanam juga. Semoga bisa jadi motivasi warga lain,” tuturnya.

Lebih dari sekadar kegiatan sesaat, mahasiswa KKN UNNES berharap semangat hidup sehat dan kemandirian pangan ini akan terus bersemi, seperti bibit yang mereka tanam bersama warga. Karena dari sepetak pekarangan, dari tangan-tangan ibu rumah tangga, masa depan ketahanan pangan bisa mulai dibangun.

Dan dari senyum yang merekah pagi itu, kita tahu: harapan telah ditanam, dan masa depan mulai tumbuh.