Berita Terkini

Menjemput Makna, Menjahit Asa: Semangat Pengabdian IMPARA UIN Walisongo di Bumi Blora

Rabu (2 Juli 2025 ) Desa Sendangagung menjadi saksi dimulainya kisah pengabdian yang penuh makna dari Ikatan Mahasiswa Pelajar Blora (IMPARA) Komisariat UIN Walisongo Semarang. Dengan semangat yang menyala, serangkaian kegiatan bakti sosial resmi dimulai, bukan hanya sebagai agenda tahunan, tetapi sebagai ikhtiar tulus mempererat kembali tali antara mahasiswa dan tanah kelahiran mereka.

Hari pertama dimulai dengan kegiatan napak tilas inspiratif di Een Production, sebuah sentra batik lokal yang tak hanya memproduksi kain, tetapi juga menjahit sejarah perjuangan dan harapan. Di sinilah, Ibu Eni Martini sosok perempuan tangguh sekaligus pendiri Een Production membuka lembar demi lembar kisah hidupnya di hadapan para mahasiswa. Sejak kecil, ia telah menaruh minat besar dalam dunia jahit-menjahit. Usahanya dirintis dari nol, bermula dari pembuatan baju pesta, hingga akhirnya ia jatuh cinta pada batik sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Tahun 2003 menjadi titik balik penting ketika ia mulai memfokuskan usaha pada batik khas Blora. Motif-motif lokal seperti pohon jati, kilang minyak, barongan, dan dedaunan ia tuangkan dalam karya-karya batik yang penuh karakter. Pewarna yang digunakan pun beragam, mulai dari sintetis hingga alami dari daun dan kulit mahoni. Bahkan, alat batik cap dibuat secara khusus demi menjaga orisinalitas motif lokal.

Para peserta disuguhi pengalaman berharga saat berkeliling melihat langsung proses kreatif batik: dari menggambar pola, mencanting malam, mencap kain, memberi warna, hingga tahap konveksi. Setiap sudut ruangan di Een Production tak hanya menunjukkan proses teknis, tetapi menyimpan ruh perjuangan dan semangat inovasi. Dari kisah Ibu Eni, para mahasiswa menyerap filosofi hidup yang dijadikan moto oleh sang pendiri: YOK! Yakin bisa, Optimistis, dan Konsisten. Tiga kata sederhana yang menjelma menjadi napas panjang dalam perjalanan karya dan kehidupan.

Malam harinya, semangat itu dibawa ke Desa Sendangagung dalam acara pembukaan resmi bakti sosial yang digelar di halaman TK Panti Rahayu. Warga desa datang dengan penuh antusias, turut hadir pula Kepala Desa dan jajarannya yang menyambut hangat kedatangan para mahasiswa.

Dalam sambutannya, Kepala Desa menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas dipilihnya Sendangagung sebagai lokasi kegiatan. Ia menyebut bahwa program ini bukan sekadar seremonial, tetapi bentuk nyata dari semangat KKN mini pengabdian mahasiswa yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Ia juga menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan akan berlangsung selama lima hari ke depan, meliputi sowan ke tokoh masyarakat, edukasi anak-anak desa, kerja bakti membersihkan fasilitas umum, hingga penyaluran santunan kepada anak yatim dan dhuafa. Harapannya, kegiatan ini benar-benar memberi manfaat yang terasa oleh warga, dan menjadi pengalaman berharga bagi para peserta.

Sementara itu, Wildan selaku Ketua Panitia menyampaikan bahwa bakti sosial ini adalah bagian dari panggilan hati para kader IMPARA. “Kami kembali ke tanah kelahiran, bukan hanya untuk memberi, tapi juga untuk belajar. Pengabdian ini adalah bentuk cinta kami pada Blora,” ucapnya penuh haru.

Nabil Muhammad, Ketua Eksternal IMPARA, turut menyampaikan harapannya agar seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan dengan lancar hingga hari terakhir. “Kami ingin meninggalkan sesuatu yang lebih dari sekadar kegiatan, yaitu kesan baik dan hubungan emosional yang mendalam antara mahasiswa dan masyarakat,” ujarnya.

Kegiatan ini tidak hanya mencerminkan semangat sosial, tetapi juga menjadi ruang untuk merefleksikan kembali jati diri sebagai mahasiswa yang tak pernah lupa akar. Dari sentuhan batik hingga senyuman warga desa, semuanya menyatu dalam harmoni pengabdian yang tulus.

Bakti sosial IMPARA kali ini bukan sekadar agenda organisasi ia adalah napas pengabdian, jembatan harapan, dan sulaman cinta antara ilmu dan kemanusiaan. Di bawah langit Blora, mahasiswa menjemput makna, dan menjahit asa.