Rabu (13/07/2025) Desa Ketileng, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, pada Minggu pagi itu seakan berubah menjadi panggung besar untuk anak-anak penuh mimpi. Sorak-sorai, tawa lepas, dan rona ceria menyelimuti lapangan desa ketika mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) IPB University menutup rangkaian Program CERDAS (Cinta Edukasi, Rajin Membaca, Aktif Sekolah) dengan menggelar Apresiasi Literasi Desa.
Sejak pagi, anak-anak dari SDN 1, SDN 2, dan SDN 3 Ketileng telah bersiap dengan wajah sumringah. Mereka bukan sekadar peserta lomba, melainkan bintang utama yang selama program ini tumbuh dalam semangat membaca, bercerita, dan berkreasi.
Puncak acara diwarnai dua kompetisi yang menjadi magnet perhatian. Lomba Bercerita untuk siswa kelas 4–6 SD menghadirkan momen mengharukan sekaligus membanggakan. Di depan penonton, para peserta dengan penuh percaya diri menceritakan kisah yang mereka pahami. Suara lantang, intonasi teratur, dan ekspresi yang hidup membuat penonton larut. Beberapa penonton bahkan mengaku terharu melihat keberanian mereka.
“Lomba bercerita adalah cara efektif menumbuhkan kecintaan anak pada literasi. Mereka belajar memahami, mengingat, dan menyampaikan cerita dengan bahasa sendiri. Hasilnya luar biasa,” ungkap Koordinator Lapangan KKNT IPB University.
Tak kalah semarak, Lomba Mewarnai untuk siswa kelas 1–3 SD menghadirkan hamparan warna-warni di atas kertas gambar. Anak-anak dengan serius menggerakkan krayon mereka, sementara di pinggir arena, para guru, orang tua, dan warga desa memberi semangat. Suasana hangat kekeluargaan itu membuat lomba terasa seperti perayaan bersama.
Menjelang sore, pemenang dari setiap lomba dipanggil satu per satu. Sorak-sorai dan tepuk tangan mengiringi setiap penyerahan piala dan hadiah. Namun, di balik gelak tawa dan foto bersama, ada pesan mendalam yang ingin disampaikan mahasiswa KKNT: bahwa literasi adalah pondasi masa depan.
“Kami berharap sekolah, masyarakat, dan pendamping literasi di desa ini terus menjaga api semangat membaca. Program ini berakhir, tapi cita-cita mencetak generasi cerdas, percaya diri, dan berdaya saing harus terus menyala,” tutup salah satu mahasiswa.
Apresiasi Literasi Desa bukan sekadar penutup program, melainkan awal dari perjalanan panjang membangun budaya membaca di Ketileng. Di mata anak-anak itu, buku bukan lagi sekadar kumpulan huruf, melainkan pintu menuju dunia tanpa batas.