Pertanian

Telang Biru, Asa Baru: Cerita dari Pelosok Blora yang Mengguncang Hati

Kamis (31 Juli 2025) Mentari pagi perlahan menyingkap kabut tipis di Dukuh Blimbing, Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Desa ini tampak tenang, namun siapa sangka, dari balik kesederhanaannya, tumbuh kisah inspiratif yang menghangatkan hati: tentang sekelompok mahasiswa dan sekuntum bunga telang yang mengubah cara pandang tentang makna pengabdian dan pemberdayaan.

Di sudut pekarangan rumah Ibu Kartini, tumbuh lebat tanaman telang dengan bunga biru mencolok kecil, sederhana, namun bernilai tinggi. Di sinilah Mahasiswa KKN IAI Khozinatul Ulum Blora memilih untuk belajar langsung dari masyarakat. Mereka tak datang dengan teori belaka, tapi dengan hati terbuka, siap membantu dan menyatu dengan kehidupan warga desa.

Hari itu, Yusron salah satu mahasiswa dengan semangat membantu suami Ibu Kartini memetik bunga telang. Di tangannya tergenggam bakul plastik yang perlahan terisi oleh bunga-bunga biru keunguan. “Saya kira ini hanya bunga biasa,” ujarnya lirih, “ternyata ini sumber penghasilan yang sangat berarti bagi warga sini.”

Ibu Kartini tersenyum sambil berkata “Kami dulu hanya menanam seadanya. Tapi setelah tahu manfaat dan peluang ekonominya, bunga telang jadi harapan baru. Bisa jadi teh, pewarna makanan alami, bahkan bahan herbal. Setelah Kami petik kami setorkan ke rumah Pak Putut, yang tidak jauh dari pekarangan rumah.

Bunga telang kini bukan hanya tumbuh di pekarangan. Ia menjalar ke hati para mahasiswa KKN yang terinspirasi oleh semangat warga yang tak pernah menyerah. Mereka mulai mendampingi warga dalam pengemasan produk, memperkenalkan pemasaran digital, hingga menyusun strategi branding agar teh telang dari Sambongrejo bisa bersaing di pasaran.

Lebih dari sekadar pengabdian, ini adalah kolaborasi: ilmu dari kampus bertemu dengan kearifan lokal. Para mahasiswa belajar tentang ketekunan dari Ibu Kartini, dan warga belajar memanfaatkan potensi desa mereka sendiri. Keduanya saling menguatkan, saling menyalakan cahaya.

“Awalnya saya kira KKN hanya soal penelitian dan laporan,” tambahnya. “Tapi di sini kami belajar tentang hidup. Tentang bagaimana warga desa tetap bisa tersenyum meski hidup tidak selalu mudah.”

Kisah ini kemudian menyebar. Beberapa media lokal mulai meliput. Bunga telang Sambongrejo menarik perhatian komunitas UMKM. Bahkan, beberapa pembeli dari luar kota mulai tertarik untuk menjalin kerja sama.

Ketika nanti waktu KKN usai, para mahasiswa kembali ke kampus dengan mata yang berbeda mata yang telah melihat perjuangan sejati. Saya harap warga Sambongrejo, terutama Ibu Kartini bersama suaminya, tetap melanjutkan panen telangnya dengan lebih percaya diri, lebih berani bermimpi.

Bunga telang memang kecil. Tapi dari kelopaknya, mekar harapan besar. Dari pekarangan sempit di pelosok Blora, ia membawa cerita tentang ketangguhan, kolaborasi, dan cinta pada tanah sendiri.

Karena kadang, perubahan besar di negeri ini dimulai dari tangan yang rela memetik bunga kecil dengan sepenuh hati.