Langit sore Desa Gadu tampak merona, seakan ikut menyaksikan sebuah kisah kebersamaan yang tumbuh di tengah hamparan lapangan hijau. Selasa (12/8/2025), deru langkah dan tawa memenuhi udara, ketika mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama Islam Khozinatul Ulum (IAIKU) Blora bergandengan tangan dengan guru-guru Pembina Gugus Depan (Gudep) untuk mendirikan tenda kemah peringatan Hari Pramuka ke-64.
Di bawah cahaya matahari yang mulai miring, tiang-tiang tenda berdiri satu per satu. Tali-tali terulur, pasak-pasak menancap kuat ke tanah. Setiap tarikan, setiap simpul, dilakukan dengan ketelitian yang sama seperti merajut harapan. Tak ada yang sekadar bekerja—semua terlibat dengan hati.
Kegiatan kemah ini akan berlangsung Rabu–Kamis (13–14 Agustus 2025), menghadirkan peserta dari SD, SMP, hingga SMA/SMK/MA se-Kecamatan Sambong. Tahun ini, Desa Gadu menjadi titik temu, tempat di mana generasi muda belajar memaknai kemandirian, kerja sama, dan cinta tanah air melalui jiwa Pramuka.
Yusron Ridho, Koordinator Departemen Pendidikan KKN Desa Sambongrejo, tak sekadar memimpin jalannya pekerjaan. Ia juga menghayati setiap momen yang terjadi.
“Kami bangga bisa menjadi bagian dari persiapan ini. Mendirikan tenda memang pekerjaan fisik, tapi sesungguhnya ini adalah latihan hati—belajar bekerja sama, saling membantu, dan merawat semangat gotong royong yang diwariskan para pendahulu. Kami berharap, adik-adik nanti pulang dari kemah ini dengan pelajaran hidup yang akan mereka ingat selamanya,” ujarnya, sembari mengikat tali tenda dengan senyum tulus.
Sementara itu, Bapak Marijan, S.Pd., Kepala Sekolah SD Negeri 4 Sambongrejo, berdiri di tepi lapangan, memperhatikan dengan bangga.
“Kehadiran mahasiswa KKN seperti menyuntikkan energi positif kepada kami. Mereka bukan hanya membantu membangun tenda, tetapi membangun teladan. Kami melihat langsung arti kerja sama, kedisiplinan, dan kepedulian. Itulah jiwa Pramuka yang sebenarnya,” katanya dengan nada penuh penghargaan.
Sore itu, lapangan Desa Gadu menjadi saksi. Bukan hanya tenda yang tegak berdiri, tetapi juga rasa persaudaraan yang menguat. Di setiap simpul tali, ada cerita kebersamaan; di setiap tiang yang kokoh, ada doa agar kegiatan besok berjalan lancar.
Dan ketika matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, tenda-tenda itu tampak gagah, menunggu hari esok. Hari di mana anak-anak akan belajar bukan hanya dari buku, tapi dari alam, dari pengalaman, dan dari teladan nyata bahwa masa depan selalu dibangun bersama-sama.