Kamis ( 7 Agustus 2025) matahari belum terlalu tinggi saat langkah-langkah penuh semangat para mahasiswa KKN STAI Muhammadiyah Blora menginjak tanah subur Dukuh Duwet, Desa Gedebeg, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Di desa sederhana yang masih memeluk erat kearifan lokal ini, para mahasiswa menemukan pelajaran besar dari tanaman yang kecil—okra.
Tanaman berlendir yang belum banyak dikenal masyarakat luas ini ternyata menyimpan sejuta manfaat dan potensi ekonomi yang menjanjikan. Di bawah bimbingan Ibu Aslami, seorang petani perempuan yang penuh semangat dan inspiratif, mahasiswa KKN tak hanya datang untuk melihat, tapi benar-benar menyelami proses budidaya dari dekat.
Beruntung, kunjungan mereka bertepatan dengan masa panen. Hamparan tanaman okra yang hijau segar memamerkan buah-buahnya yang ramping, siap petik. Ibu Aslami dengan sabar menunjukkan cara memilih okra yang matang sempurna, yaitu dengan panjang sekitar 5–10 cm, masih muda dan renyah. Dengan tangan cekatan, ia menjelaskan bahwa panen harus tepat waktu agar kualitas tetap terjaga.
Namun yang paling membekas bukan hanya proses panen, melainkan cerita yang mengalir dari hati sang petani. Ia berbagi banyak hal tentang manfaat luar biasa okra bagi kesehatan, mulai dari menurunkan kolesterol, menjaga kestabilan gula darah, hingga memperlancar pencernaan. Okra, katanya, bukan hanya bisa dijadikan lalapan, tapi juga diolah menjadi sayur kuah hingga masakan modern yang lezat dan bergizi.
Mahasiswa mendengarkan dengan penuh perhatian. Diskusi pun mengalir hangat. Mereka bertanya tentang teknik tanam, cara perawatan, hingga strategi menjual hasil panen ke pasar lokal. Catatan-catatan kecil tertulis di buku lapangan mereka, namun pelajaran sesungguhnya tertanam dalam benak—bahwa ilmu bukan semata teori dari kampus, melainkan juga kebijaksanaan yang tumbuh dari bumi dan pengalaman hidup warga desa.
Perwakilan mahasiswa, Joko Lelono, dengan penuh rasa hormat menyampaikan terima kasih kepada Ibu Aslami. Dalam sambutannya, ia mengakui bahwa kunjungan ini membuka mata mereka tentang betapa kayanya potensi desa. Tanaman yang selama ini dianggap sepele, ternyata menyimpan nilai besar—bagi kesehatan, ekonomi, dan ketahanan pangan masyarakat.
Kunjungan ini menjadi lebih dari sekadar agenda program kerja KKN. Ia menjelma menjadi momen reflektif, di mana mahasiswa menyadari bahwa pengabdian bukan tentang mengajar, tapi juga tentang belajar. Belajar dari alam, dari kearifan lokal, dan dari manusia-manusia hebat yang bekerja dalam diam, seperti Ibu Aslami.
Di ladang kecil yang tenang itu, para mahasiswa menemukan pelajaran besar tentang keberdayaan. Tentang bagaimana desa bisa menjadi pusat inspirasi, dan bagaimana seorang petani bisa menjadi guru kehidupan.
Dan dari ladang okra di Dukuh Duwet, kisah pengabdian mahasiswa KKN STAI Muhammadiyah Blora pun terus berlanjut membawa semangat belajar yang membumi, dan keyakinan bahwa perubahan besar selalu bermula dari akar rumput yang tumbuh dengan cinta dan kerja keras.