bloramedia.com Blog Berita Terkini Pramuka di Ujung Zaman Digital: Seragam Boleh Sama, Tapi Jiwa Harus Bernyawa
Berita Terkini

Pramuka di Ujung Zaman Digital: Seragam Boleh Sama, Tapi Jiwa Harus Bernyawa

Di tengah gemuruh era digital yang kian cepat mengubah wajah peradaban, Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kabupaten Blora, Slamet Pamuji, SH., M.Hum., atau yang akrab disapa Kak Mumuk, menyuarakan kegelisahan sekaligus tantangan besar yang kini membayangi eksistensi Pramuka. Hal ini disampaikannya dalam Pertemuan Karang Pamitran Kwarcab Blora yang digelar di Bumi Perkemahan Pancasona, Desa Nglangitan, Kecamatan Tunjungan, Sabtu (5/7/2025).

Dalam sambutannya yang lugas dan menyentuh, Kak Mumuk menyentil realitas miris yang terjadi di lapangan. Meski setiap hari Jumat seragam Pramuka masih dipakai oleh siswa SD hingga SMA, namun, kata dia, belum tentu semangat dan jiwa kepramukaan benar-benar mengakar kuat dalam sanubari mereka.

“Mungkin saja tidak sampai 10 persen yang benar-benar menjiwai Pramuka. Mereka memakai seragam karena aturan, bukan karena kesadaran,” ujarnya dengan nada prihatin namun penuh harap.

Kegelisahan itu bukan tanpa sebab. Pesatnya perkembangan teknologi, khususnya media sosial dan kecerdasan buatan (AI), dinilai mulai menggerus nilai-nilai karakter yang selama ini menjadi fondasi utama gerakan Pramuka.

“Sekarang anak-anak lebih bertanya kepada AI daripada belajar mandiri. Ini tantangan besar bagi para pendidik dan pembina Pramuka,” kata Kak Mumuk, menyindir fenomena masa kini dengan bijak.

Namun, dalam keprihatinan itu, Kak Mumuk juga menyemai harapan. Menurutnya, Gerakan Pramuka tidak boleh menyerah apalagi mundur. Justru inilah saatnya untuk bangkit dan beradaptasi.

“Kita harus memanfaatkan teknologi, bukan menghindarinya. Tugas kita adalah mendampingi anak-anak agar bisa menggunakan media sosial secara positif,” pesannya, disambut tepuk tangan para peserta pertemuan.

Ia menekankan bahwa sinergi antara pembina Pramuka, sekolah, dan orang tua menjadi kunci dalam menghadapi arus besar perubahan. Komunikasi yang intens dan penuh empati dengan keluarga diyakini sebagai benteng pertama dalam membentuk karakter anak.

“Tidak ada orang tua yang tidak ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi berkarakter kuat. Kita hanya perlu menyatukan langkah,” ucapnya penuh keyakinan.

Kak Mumuk juga menyambut baik langkah Kementerian Pendidikan yang kini mengakui media sosial sebagai pilar pendidikan keempat, setelah sekolah, keluarga, dan masyarakat. Menurutnya, ini adalah bentuk pengakuan bahwa dunia digital tidak bisa lagi dihindari, tapi harus dikelola dengan bijak.

“Ini bukti bahwa pengaruh digital tidak bisa diabaikan. Gerakan Pramuka harus terus berinovasi agar tetap relevan di mata generasi muda,” tegasnya.

Pertemuan Karang Pamitran kali ini menjadi lebih dari sekadar ajang pertemuan pembina. Ia menjelma menjadi ruang refleksi dan perenungan, sekaligus panggilan untuk bertransformasi. Sebab, sebagaimana yang dipesankan Kak Mumuk, “Prinsip kepramukaan tidak boleh hilang, tetapi metode pendekatannya harus menyesuaikan zaman.”

Di bawah langit Nglangitan yang sejuk dan sunyi, para pembina Pramuka dari berbagai penjuru Blora menyatukan tekad: menjaga bara semangat kepramukaan agar tetap menyala, meski zaman terus berubah. Sebab Pramuka bukan sekadar seragam. Ia adalah jiwa yang hidup dalam sikap, dalam laku, dan dalam dedikasi.

Exit mobile version